Rabu, 30 September 2020

BAB 1 (MEMAHAMI KONSEP SENI)

KD 3.1 Memahami konsep, teknik dan prosedur dalam ragam gerak tari tradisi

A. MEMAHAMI KONSEP SENI

1. Pengertian Seni

Pengertian seni dalam bahasa Indonesia memiliki riwayat peristilahannya sendiri yang tidak sederhana, baik dipandang dari segi terminologis maupun etimologisnya. Hal ini mulanya disebabkan oleh ketiadaan padanan istilah yang pas dalam bahasa Indonesia/Melayu untuk konsep art dalam bahasa Inggris atau kunst dalam bahasa Belanda.
Asal mula kata seni dalam bahasa Indonesia tidak begitu jelas dan memiliki banyak teori, di antaranya adalah:
  • Kata seni dari bahasa Melayu Riau (Sungai Rokan) sonik yang berasal dari kata 'so' atau 'se' artinya adalah 'satu', berasal dari bahasa Sanskerta 'swa' (satu), yang digabung dengan kata 'nik' yang artinya sesuatu yang sangat kecil atau halus. Kata sonik/sonit/seni berarti suatu yang halus bentuk rupa maupun sifatnya.
  • Kata seni dari bahasa Sansekerta sani yang artinya persembahan, pelayanan dan pemberian yang tulus.
  • Kata seni dari bahasa Belanda genie yang artinya kemampuan luar biasa yang dibawa sejak lahir, seperti makna ketiga kata seni dalam KBBI yang berarti genius.

Dari banyak arti seni, dan semakin berkembangnya zaman membuat banyak para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai definisi seni. Berikut beberapa pengertian seni menurut para ahli:

  • Aristoteles
Pengertian seni menurut aristoteles adalah bentuk yang pengungkapannya dan penampilannya tidak pernah menyimpang dari kenyataan dan seni itu adalah meniru alam.
  • Alexander Baum Garton
Pengertian seni menurut Alexander Baum Garton bahwa arti seni adalah keindahan dan seni adalah tujuan yang positif menjadikan penikmat merasa dalam kebahagiaan.
  • Immanuel Kant
Pengertian seni menurut Immanuel Kant adalah sebuah impian karena rumus-rumus tidak dapat mengihtiarkan kenyataan.
  • Ki Hajar Dewantara
Pengertian seni menurut Ki Hajar Dewantara adalah hasil keindahan sehingga dapat menggerakkan perasaan indah orang yang melihatnya, oleh karena itu perbuatan manusia yang dapat mempengaruhi dapat menimbulkan perasaan indah itu seni.
Berdasarkan definisi ini seni adalah produk keindahan, di mana manusia berusaha menciptakan sesuatu yang indah dan dapat membawa kesenangan.

2. Pembagian Seni


Cabang-cabang seni budaya dibagi menjadi 4, yakni: 

1. Seni Rupa

Seni rupa fokus pada karya yang memiliki wujud dan rupa yang diekspresikan dalam bentuk lukisan, gambar, patung, kerajinan tangan, multimedia, dan lain-lain.
2. Seni Musik
Unsur bunyi merupakan unsur utama dari seni musik. Sedangkan unsur lain adalah bentuk harmoni, melodi, dan notasi musik merupakan wujud sarana yang diajarkan. Seni musik tumbuh dan berkembang sejak zaman Renaissance sampai saat ini. Seni musik adalah hasil ciptaan manusia yang menghasilkan bunyi ritme dan harmoni yang indah bagi pendengar.
3. Seni Tari
Seni tari adalah hasil ciptaan manusia yang menggunakan gerak tubuh sebagai suatu keindahan. Gerak dalam tari berfungsi sebagai media mengkomunikasikan maksud-maksud tertentu dari koreogragfer. Pada umumnya seni tari digabungkan dengan seni musik. Dengan begitu maka konsentrasi dan konsistensi gerakan tari menjadi lebih sempurna dalam penyampaian pesan dan perasaan.
4. Seni Teater
Seni teater merupakan seni yang memvisualisasikan imajinasi atau menggambarkan buah pikir seseorang. Hasil imajinasi tersebut berhubungan dengan perilaku mahluk hidup, baik secara individu maupun kelompok.

3. Sejarah Perkembangan Seni

Bentuk kesenian tertua yang ditemukan adalah seni rupa, yang meliputi penciptaan gambar atau benda yang sekarang digolongkan menjadi lukisan, patung, cetakan, fotografi dan media rupa lainnya. Bentuk seni seperti patung, lukisan gua, lukisan batu, dan petroglif dari zaman Paleolitikum Akhir telah ada sejak dari 40.000 tahun yang lalu. Lukisan gua di Sulawesi disebut sebagai salah satu artefak seni tertua di dunia. Di gua Lubang Jeriji Saleh, Kalimantan Timur, para arkeolog menemukan gambar serupa binatang sapi yang ditegaskan sebagai karya seni figuratif tertua di dunia, diperkirakan berasal dari 40 ribu hingga 52 ribu tahun lalu (periode Paleolitik Atas dan akhir zaman es), lebih tua 5000 tahun dari penemuan sebelumnya di Sulawesi. Benda seni yang disebut tertua lainnya berasal dari gua di Afrika Selatan, berusia 75.000 tahun, berbentuk rangkaian cangkang keong kecil-kecil yang dilubangi. Wadah yang kemungkinan untuk tempat cat juga ditemukan dengan usia 100.000 tahun. Cangkang kerang dengan goresan oleh Homo erectus yang ditemukan tahun 2014 dipercaya berasal dari 430.000 dan 540.000 tahun yang lalu.

Banyak tradisi besar dalam seni memiliki akar dari salah satu peradaban besar kuno, yakni Mesir Kuno, Mesopotamia, Persia, India, Tiongkok, Yunani Kuno, Romawi, juga Inka, Maya dan Olmek. Tiap-tiap pusat peradaban awal ini mengembangkan gaya khas dalam keseniannya. Dikarenakan ukuran dan usia peradaban-peradaban tersebut, terdapat lebih banyak karya seni yang terselamatkan dan lebih banyak pengaruh yang disebarluaskan kepada budaya-budaya yang datang kemudian. Sebagian dari peradaban tersebut bahkan memiliki catatan terawal bagaimana seniman bekerja. Sebagai contoh, seni zaman Yunani melihat pemujaan bentuk tubuh manusia dan pengembangan keterampilan yang berimbang untuk menunjukkan proporsi otot, ketenangan, kecantikan, dan anatomi yang tepat.

Dalam seni peradaban Bizantium dan Abad Pertengahan Barat, banyak seni berfokus pada ekspresi subjek tentang budaya Alkitab dan keagamaan, dan menggunakan gaya yang menunjukkan kemuliaan yang lebih tinggi bagi dunia surgawi, seperti penggunaan emas pada latar belakang lukisan, atau kaca dalam mosaik atau jendela, yang juga menyajikan figur-figur dalam bentuk yang ideal, berpola (datar). Namun demikian, tradisi realis klasik bertahan dalam karya-karya kecil Bizantium, dan realisme terus tumbuh dalam seni Katolik Eropa.

Seni Renaisans kemudian berkembang dengan lebih menekankan pada penggambaran realistik dunia bendawi, dan tempat manusia di dalamnya. Hal itu tercermin dari penggambaran jasmani tubuh manusia, dan perkembangan metode sistematis penggambaran jauh-dekat dari sudut pandang grafis untuk mendapatkan kesan ruang tiga dimensi.

Di Timur, penolakan seni Islami terhadap ikonografi mengakibatkan pengutamaan pada pola geometris, kaligrafi dan arsitektur. Di Timur jauh, agama juga menguasai gaya dan bentuk kesenian. India dan Tibet memperlihatkan penekanan pada patung lukis dan tarian, sedangkan lukisan agamawi meminjam banyak aturan dari kesenian patung dan cenderung memiliki warna-warna terang yang kontras dengan penekanan pada garis-garis batasnya. Sementara itu, Cina memperlihatkan banyak perkembangan bentuk seni: ukiran giok, kerajinan perunggu, tembikar (termasuk tentara terakota dari Kekaisaran Qin), syair, kaligrafi, musik, lukis, drama, fiksi, dll. Gaya seni Cina sangat beragam dari zaman ke zaman dan masing-masingnya dinamai berdasarkan dinasti yang berkuasa. Jadi, sebagai contoh, lukisan-lukisan dinasti Tang memiliki warna monokromatik dan renggang-renggang, menekankan bentang yang ideal. Akan tetapi, lukisan-lukisan dinasti Ming berwarna-warni dan padat, dan berfokus untuk bercerita dengan pengaturan latar dan komposisi. Jepang juga menamai gaya-gaya dalam kesenian mereka dengan dinasti kekaisaran juga, dan menampakkan banyak pembauran antara gaya kaligrafi dan lukis. Cetak balok kayu menjadi penting di Jepang setelah abad ke-17.

Abad Pencerahan di Barat pada abad ke-18 melihat penggambaran artistik dari sudut kepastian fisik dan rasionalnya, serta visi politik revolusioner dari dunia pasca-monarki, seperti penggambaran Blake tentang Newton sebagai geometer ilahi, atau lukisan-lukisan propaganda David. Hal ini menyebabkan penolakan Romantisisme demi gambar-gambar dari sisi emosional dan individualitas manusianya, dicontohkan dalam novel-novel Goethe. Kemudian penghujung abad ke-19 memunculkan sejumlah gerakan artistik, seperti seni akademik, simbolisme, impresionisme, dan fauvisme.

Sejarah seni abad kedua puluh adalah narasi tentang kemungkinan yang tak terbatas dan pencarian standar-standar baru, masing-masing gerakan ditumbangkan secara berurutan oleh yang datang berikutnya. Dengan demikian, ukuran-ukuran impresionisme, ekspresionisme, fauvisme, kubisme, dadaisme, surealisme, dll. tidak dapat dipertahankan jauh melampaui waktu penemuan mereka. Meningkatnya keterhubungan global sepanjang masa ini memperlihatkan pengaruh yang setara dari budaya lain ke dalam kesenian Barat. Dengan demikian, cetakan balok kayu Jepang (dipengaruhi oleh kejurugambaran Renaisans Barat) memiliki pengaruh besar pada impresionisme dan perkembangan selanjutnya. Contoh lainnya, patung-patung Afrika diambil oleh Picasso dan sampai batas tertentu oleh Matisse. Demikian pula, pada abad ke-19 dan ke-20, gagasan-gagasan Barat memiliki dampak besar pada seni di Timur seperti komunisme dan pascamodernisme yang memberikan pengaruh kuat.[28]

4. Fungsi Seni

Fungsi Seni
Fungsi seni dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu fungsi individu dan fungsi sosial. Berikut penjelasannya:

Bagi individu, seni memiliki fungsi sebagai alat pemenuhan kebutuhan. Adapun bentuk kebutuhan tersebut diantaranya:

a. Fungsi Individu

1. Fungsi Pemenuhan Kebutuhan Fisik
Pada hakekatnya manusia merupakan makhluk homofaber yang memiliki kecakapan untuk apresiasi pada keindahan dan pemakaian benda-benda. Seni terapan memang mengacu kepada pemuasan kebutuhan fisik sehingga segi kenyamanan menjadi suatu hal penting.  
2. Fungsi Pemenuhan Kebutuhan Emosional
Emosi adalah perasaan di dalam diri manusia, baik itu perasaan senang, sedih, marah, cinta, haru, benci, dan lain-lain. Semua orang perlu meluapkan perasaan di dalam diri mereka agar kondisi kejiwaannya tetap normal.  Untuk memenuhi kebutuhan emosional tersebut, manusia membutuhkan dorongan dari luar dirinya. Misalnya, seseorang yang memiliki jiwa seni dan estetika akan mengungkapkan emosinya melalui musik, lukisan, ataupun hal lainnya. Bisa juga ketika seseorang merasa stress, maka ia membutuhkan waktu untuk rekreasi, nonton bioskop, atau hal lainnya untuk meredakan tekanan jiwa.

b. Fungsi Sosial

Fungsi sosial merupakan suatu fungsi seni yang bermanfaat sebagai pemenuhan kebutuhan sosial suatu individu. Terdapat beberapa macam fungsi seni sebagai fungsi sosial sebagai berikut:
1. Fungsi Pendidikan
Seni memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan. Pendidikan dapat dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu: Melalui seni, individu dapat belajar tentang nilai-nilai dan ilmu pengetahuan dengan cara yang menyenangkan. Misalnya seorang siswa dapat belajar musik atau drama, dimana kegiatan ini dapat mengekspresikan diri mereka kepada orang lain.
2. Fungsi Keagamaan/Religi
Seni punya peranan penting dalam penyampaian pesan keagamaan kepada manusia. Hal ini dapat dilihat dari busana/ pakaian, lagu rohani, upacara pernikahan, upacara kematian, kaligrafi, dan lain-lain. Contohnya gamelan yang digunakan dalam upacara ngaben di bali (gamelan gambang, luwang, dan angklung). Atau pada Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Relief yang terdapat di dinding Candi tersebut merupakan ilustrasi kitab suci agama Budha dan Hindu.
3.  Fungsi Informasi
Melalui seni juga dapat menjelaskan sesuatu kep
ada orang lain dengan lebih mudah. 
Misalnya penggunaan poster yang bernilai seni dimana di dalamnya terdapat informasi tentang bahaya narkoba, pentingnya imunisasi, dan penyampaian program pemerintah. Atau dapat juga dengan pagelaran wayang kulit, wayang orang, drama komedi dan reklame.
4. Fungsi Hiburan
Sebagian besar yang berkaitan dengan hiburan mengandung unsur seni dimana para pelaku seni dapat mengekspresikan diri secara aktif atau pasif. Seorang seniman dapat merasakan senang, terharu, marah, ketika karyanya disukai atau tidak disukai orang lain. 

BAB 1 (MEMAHAMI KONSEP SENI TARI)

KD 3.1 Memahami konsep, teknik dan prosedur dalam ragam gerak tari tradisi

B. MEMAHAMI KONSEP SENI TARI

1. Pengertian Seni Tari

Seni tari adalah suatu kesenian dengan media ungkap berupa gerakan. Berdasarkan kutipan dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, tari merupakan salah satu bentuk kesenian yang mempunyai media ungkap atau substansi gerak melalui gerakan manusia.
Menuruti KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia, seni tari adalah aliran seni mengenai gerakan badan (tangan dan lainnya) yang berirama dan biasanya diiringi bunyi-bunyian (musik, gamelan, dan sebagainya). Tari adalah seni meski substansi dasarnya adalah gerak. Akan tetapi gerak yang dimaksud bukan gerakan realistis atau keseharian, melainkan gerakan-gerakan dalam wujud gerak ekspresif.
Gerak ekspresif adalah gerak yang indah dan bisa mempengaruhi perasaan manusia. Keindahan gerakan tersebut merupakan gerakan distilir yang mengandung ritme tertentu. Penggunaan kata indah dalam dunia seni merupakan konotasi dari bagus. John Joseph Martin melalui The Modern Dance (1965) menjelaskan bahwa indah atau bagus adalah sesuatu yang memberikan kepuasan batin manusia. Gerakan indah tidak terbatas pada gerakan lembut dan halus, namun gerakan keras, kasar, kuat, aneh dan penuh tekanan juga bisa dikategorikan sebagai gerak yang indah.

Pengertian Tari Oleh Para Ahli

Ada beberapa pengertian yang digunakan untuk menjelaskan apa itu tari. Seorang ahli sejarah tari dan musik dari Jerman bernama Curt Sachs dalam World History of The Dance (1933) menjelaskan bahwa tari adalah gerak yang ritmis. Sehingga elemen dari suatu tarian adalah gerak dan ritme atau irama.
Pendapat lain dikemukakan oleh Hendrina Cornelia Hartong (Corrie Hartong) seorang ahli dari Belanda yang menerangkan bahwa tari adalah gerak-gerak yang diberi bentuk dan ritmis dari badan di dalam ruang. Sedangkan penulis Amerika bernama Walter Sorell mendefinisikan tari sebagai gerakan-gerakan tubuh dan anggota-anggotanya tersusun seemikian rupa sehingga berirama.
Pengertian tentang tari diatas masih sepemikiran dengan Frederick Hawkins (Erik Hawkins) yang berprofesi sebagai penari dan koreografer tari modern Amerika. Ia menyatakan tari adalah adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imanjinasi dan diberi bentuk melalui media gerak sehingga menjadi gerakan yang simbolis dan mengungkapkan isi dari penciptanya.
Kemudian menurut Suryodiningrat, ahli tari dari Jawa mengatakan tari merupakan gerakan-gerakan dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras bersama musik yang memiliki maksud tertentu. Sedangkan menurut Soedarsono, tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan melalui gerak-gerak ritmis yang indah.
Selain pengertian-pengertian yang telah disampaikan, masih banyak pengertian lain oleh para ahli mengenai arti tari itu sendiri, antara lain:

  • Menurut Aristoteles – Tari adalah gerakan ritmis yang menghadirkan suatu karakter manusia saat mereka bertindak.
  • Menurut John Weaver – Seni tari merupakan gerak-gerak teratur yang elegan dan dibentuk secara harmonis oleh sikap elok dan postur tubuh anggun.
  • Menurut Yulianti Parani – Tari ialah gerakan ritmis yang muncul dari bagian atau seluruh tubuh yang dilakukan seseorang atau kelompok dengan ekspresi tertentu.
  • Menurut Enoch Armadibrata – Tari mempunyai definisi sebagai gerakan tubuh yang tersusun dalam suatu ruang dengan landasan irama dan gerak.
  • Menurut Atik Soepandi – Kesenian tari adalah ekspresi jiwa manusia melalui gerak-gerak ritmis dan melodi yang indah.
  • Menurut Bagong Sudiro – Arti tari adalah suatu seni berupa sebuah gerakan ritmis yang menjadi alat ekspresi manusia.
  • Menurut Suadarsa Pringgo Broto – Definisi seni tari merupakan suatu ketentuan bentuk-bentuk gerakan tubuh dan ruang.
  • Menurut I Gede Ardika – Pengertian seni tari adalah suatu hal yang mampu menyelaraskan gerak tubuh dengan irama tertentu.
  • Menurut Judith Mackrell – Tarian adalah gerakan tubuh yang ritmis dan beriringan dengan musik dan dilakukan dalam sebuah ruangan, serta bertujuan untuk mengekspresikan emosi atau ide, melepaskan energi atau untuk bersenang-senang.
  • Menurut Hawkins – Tari ialah suatu ungkapan jiwa yang dijadikan bentuk suatu gerakan oleh imajinasi penciptanya

    Sejarah Seni Tari Di Indonesia

2. Sejarah Tari di Indonesia


Dalam acara adat, tentunya peran tari dalam upacara kerajaan tentu berpengaruh. Bahkan dari dulu hingga kini, tarian digunakan dalam penyambutan tamu. Sehingga sejarah seni tarian di Indonesia dari masa ke masa mengalami perkembangan. Berikut adalah sejarah seni tari di Indonesia.

1. Era Primitif / prasejarah

Sebelum bersentuhan dengan pengaruh asing, suku bangsa di kepulauan Indonesia sudah mengembangkan seni tarinya tersendiri, hal ini tampak pada berbagai suku bangsa yang bertahan dari pengaruh luar dan memilih hidup sederhana di pedalaman, misalnya di Sumatra (Suku Batak, Nias, Mentawai), di Kalimantan (Suku DayakPunanIban), di Jawa (Suku Baduy), di Sulawesi (Suku TorajaSuku Minahasa), di Kepulauan Maluku dan di Papua (DaniAsmatAmungme).
Dimulai dari awal sebelum adanya kerajaan di Indonesia, tarian dipercaya sebagai sebuah daya magis nan sakral. Sehingga tercipta tarian yang digunakan berdasarkan kepercayaan mereka. Banyak ahli antropologi percaya bahwa tarian di Indonesia berawal dari gerakan ritual dan upacara keagamaan. Tarian semacam ini biasanya berawal dari ritual, seperti tari perang, tarian dukun untuk menyembuhkan atau mengusir penyakit, tarian untuk memanggil hujan, dan berbagai jenis tarian yang berkaitan dengan pertanian seperti tari Hudoq dalam suku Dayak. Tarian lain diilhami oleh alam, misalnya Tari Merak dari Jawa Barat. Tarian jenis purba ini biasanya menampilkan gerakan berulang-ulang seperti tari Tor-Tor dalam suku Batak yang berasal dari Sumatra Utara
Tarian ini juga bermaksud untuk membangkitkan roh atau jiwa yang tersembunyi dalam diri manusia, juga dimaksudkan untuk menenangkan dan menyenangkan roh-roh tersebut. Beberapa tarian melibatkan kondisi mental seperti kesurupan yang dianggap sebagai penyaluran roh ke dalam tubuh penari yang menari dan bergerak di luar kesadarannya. Tari Sanghyang Dedari adalah suci tarian istimewa di Bali, dimana gadis yang belum beranjak dewasa menari dalam kondisi mental tidak sadar yang dipercaya dirasuki roh suci. Tarian ini bermaksud mengusir roh-roh jahat dari sekitar desa. Tari Kuda Lumping dan tari keris juga melibatkan kondisi kesurupan.
Penciptaan tari ini didasari serta diilhami dari gerakan alam serta meniru gerakan makhluk hidup. Seperti misalnya menirukan gerakan seekor binatang yang ingin diburu. Umumnya, tari di era primitif dilakukan secara bersama-sama atau berkelompok.

2. Era Hindu Buddha

Sejarah kesenian tari di Indonesia kemudian berlanjut pada masa penyebaran Hindu Buddha, yang mana terpengaruh oleh budaya yang dibawa pedagang. Mulai dari era Hindu Buddha, sebuah tarian mulai memiliki standardisasi serta patokan, karena ada sebuah literatur tentang seni tari. Literatur kesenian tari ini dikarang oleh Bharata Muni dengan judul Natya Sastra yang membahas 64 jenis gerak tangan mudra.
Dengan diterimanya agama dharma di Indonesia, Hinduisme dan Buddhisme dirayakan dalam berbagai ritual suci dan seni. Kisah epik Hindu seperti RamayanaMahabharata dan juga Panji menjadi ilham untuk ditampilkan dalam tari-drama yang disebut "Sendratari" menyerupai "ballet" dalam tradisi barat. Suatu metode tari yang rumit dan sangat bergaya diciptakan dan tetap lestari hingga kini, terutama di pulau Jawa dan Bali. Sendratari Jawa Ramayana dipentaskan secara rutin di Candi Prambanan, Yogyakarta; sementara sendratari yang bertema sama dalam versi Bali dipentaskan di berbagai Pura di seluruh pulau Bali. 
Tarian Jawa Wayang orang mengambil cuplikan dari episode Ramayana atau Mahabharata. Akan tetapi tarian ini sangat berbeda dengan versi India. Meskipun sikap tubuh dan tangan tetap dianggap penting, tarian Indonesia tidak menaruh perhatian penting terhadap mudra sebagaimana tarian India: bahkan lebih menampilkan bentuk lokal. Tari keraton Jawa menekankan kepada keanggunan dan gerakannya yang lambat dan lemah gemulai, sementara tarian Bali lebih dinamis dan ekspresif. Tari ritual suci Jawa Bedhaya dipercaya berasal dari masa Majapahit pada abad ke-14 bahkan lebih awal, tari ini berasal dari tari ritual yang dilakukan oleh gadis perawan untuk memuja Dewa-dewa Hindu seperti ShiwaBrahma, dan Wishnu.
Di Bali, tarian telah menjadi bagian tak terpisahkan dari ritual suci Hindu Dharma. Beberapa ahli percaya bahwa tari Bali berasal dari tradisi tari yang lebih tua dari Jawa. Relief dari candi di Jawa Timur dari abad ke-14 menampilkan mahkota dan hiasan kepala yang serupa dengan hiasan kepala yang digunakan di tari Bali kini. Hal ini menampilkan kesinambungan tradisi yang luar biasa yang tak terputus selama sedikitnya 600 tahun. Beberapa tari sakral dan suci hanya boleh dipergelarkan pada upacara keagamaan tertentu. Masing-masing tari Bali memiliki kegunaan tersendiri, mulai dari tari suci untuk ritual keagamaan yang hanya boleh ditarikan di dalam pura, tari yang menceritakan kisah dan legenda populer, hingga tari penyambutan dan penghormatan kepada tamu seperti tari pendetTari topeng juga sangat populer di Jawa dan Bali, umumnya mengambil kisah cerita Panji yang dapat dirunut berasal dari sejarah Kerajaan Kediri abad ke-12. Jenis tari topeng yang terkenal adalah tari topeng Cirebon dan topeng Bali.

3. Era Islam

Pada era penyebaran agama Islam, tarian hanya diperagakan oleh orang-orang dari luar Indonesia dan dilakukan pada saat hari raya. Kemudian perkembangan seni tari di Indonesia pada era Islam dimulai tahun 1755 saat kerajaan Mataram Islam terbagi dua. Dengan dibaginya kerajaan Mataram Islam, kedua kerajaan ini mulai menunjukkan identitas mereka lewat seni tari. Sehingga, tarian yang ditampilkan bisa menjadi sebuah ciri khas dan identitas dari masing-masing kerajaan.
Sebagai agama yang datang kemudian,

Agama Islam mulai masuk ke kepulauan Nusantara ketika tarian asli dan tarian dharma masih populer. Seniman dan penari masih menggunakan gaya dari era sebelumnya, menganti kisah cerita yang lebih berpenafsiran Islam dan busana yang lebih tertutup sesuai ajaran Islam. Pergantian ini sangat jelas dalam Tari Persembahan dari Jambi. Penari masih dihiasi perhiasan emas yang rumit dan raya seperti pada masa Hindu-Buddha, tetapi pakaiannya lebih tertutup sesuai etika kesopanan berbusana dalam ajaran Islam.
Era baru ini membawa gaya baru dalam seni tari: Tari Zapin Melayu dan Tari Saman Aceh menerapkan gaya tari dan musik bernuansa Arabia dan Persia, digabungkan dengan gaya lokal menampilkan generasi baru tarian era Islam. Digunakan pula alat musik khas Arab dan Persia, seperti rebana, tambur, dan gendang yang menjadi alat musik utama dalam tarian bernuansa Islam, begitu pula senandung nyanyian pengiring tarian yang mengutip doa-doa Islami.

4. Era Penjajahan

Sejarah kesenian tari di Indonesia mengalami kemunduran di era penjajahan dikarenakan suasana saat itu sedang kacau. Akan tetapi, seni tari yang diperagakan di istana tetap dilaksanakan bahkan terpelihara dengan baik. Pada masa penjajahan, kesenian tari hanya diperagakan pada acara-acara penting kerajaan.
Salah satu contoh tarian yang diilhami dari perjuangan rakyat masa penjajahan adalah Tari Prawiroguno. Tarian ini merupakan tari tradisional yang berasal dari Jawa Tengah dan menggambarkan gagahnya prajurit masa itu. Prajurit dalam tarian ini menggunakan senjata serta tameng sebagai alat untuk melindungi diri.

5. Era Setelah Merdeka

Seni tari terus kembali
berjalan setelah Indonesia merdeka sehingga tarian bisa dilakukan untuk upacara adat serta keagamaan. Terkadang, tarian ini juga berkembang saat ini sebagai sebuah hiburan. Selain itu, saat ini sudah mulai banyak anak muda yang mulai tertarik dengan dunia tari.
Hal ini bisa dibuktikan dengan banyaknya anak muda yang menyukai tari serta dapat memperagakan berbagai macam jenis tari. Mulai dari tari tradisional bahkan hingga tari modern.

BAB 2 (FUNGSI dan NILAI ESTETIKA TARI)

KD 3.2 Memahami bentuk, jenis, dan nilai estetis dalam ragam gerak dasar tari tradisi

FUNGSI dan NILAI ESTETIKA TARI

D. Fungsi Tari

            Menurut Soedarsono (dalam syafi, dkk.2002:6.6) mengatakan bahwa: fungsi seni pertunjukan (seni tari dalam kehidupan manusia secara garis besar dikelompokkan menjadi 3 yaitu 1. sebagai sarana upacara ritual, 2. Sebagai hiburan pribadi, 3. Sebagai komponen.

Namun secara umum fungsi seni tari dalam kehidupan masyarakat yakni sebagai berikut:

a. Tari sebagai upacara adat

Upacara merupakan suatu tindakan atau seringkali tindakan yang dilakukan menurut adat kebiasaan atau keagamaan yang menandai kesakralan atau kehikmatan suatu peristiwa. Dilingkungan masyarakat yang masih kental adat istiadatnya seni pertunjukan memiliki fungsi ritual. Upacra menjadi bagian penting karena berfungsi sebagai media pembinaan kehidupan sosial untuk embentuk norma dan nilai yang berlaku dlam masyarakat.Beberapa contoh tari yang berfungsi sebagai upacara adat dalam masyarakat sebagai berikut:

1. Tari Bedaya Ketawang di Jawa Tengah digunakan sebagai upacara penobatan raja dan hari ulang tahun raja.

2. Tari Seblang di Banyuwangi Jawa Timur digunakan sebagai upacara ritual kesuburan

3. Tari Mapeliang dari Sulawesi sebagai tari upacara kematian.

 

b. Tari sebagai hiburan

     Seni tari sebagai sarana hiburan digunakan dalam rangka memeriahkan suasana pesta pernikahan, khitan, syukuran ataupun peringatan hari-hari besar lain.

Dibawah ini contoh tari hiburan:

1. Tari Martomdur dari Simalungun Sumatera Utara tari berpasangan debagai tari hiburan muda mudi

2. Tari Jaipong dari Jawa Barat sebagai tari hiburan. 

c. Tari sebagai pertunjukan

Tari pertunjukan pelaksanaanya disajikan khusus untuk dinikmati. Tari yang berfungsi sebagai pertunjukan dapat diamati pada kemasan pariwisata, untuk festival seni atau pengunjung wisatawan. Pertunjukan tari yang dipergunakan pada acara-acara tersebut penggarapannya sudah dikemas dan dipersiapkan menjadi sebuah tari bentuk yang telah melewati suatu proses penataan, baik gerak tarinya maupun musik iringannya sesuai dengan kaidah-kaidah artistik. Sehubungan dengan hal tersebut, prinsip-prinsip artistik dari seni pertunjukan seperti irama, keseimbangan, pengulangan, variasi, kontras, transisi, urutan, klimaks, proporsi, harmoni, dan kesatuan ditata sedemikian rupa sehingga layak menjadi sebuah grapan yang dipertontonkan.

Contoh tari pertunjukan:

1. Sendratari Ramayana dari Jawa Tengah yang biasanya dipentaskan di candi Prambanan.

2. Tari Kecak dari Bali yang dipentaskan di tempat-tempat wisata seperti di GWK dll.

d. Tari sebagai media pendidikan

     Tari jenis ini mempunyai tujuan untuk mendidik anak agar bersikap dewasa dan terjaga dari pergaulan yang melanggar norma-norma. Selain itu dengan mempelajari seni tari diharapkan anak didik mengetahui jenis-jenis tari di Indonesia dan dapat menghargai serta melestarikannya sebagai budaya bangsa.

e. Tari sebagai media pergaulan

Tari jenis ini merupakan tari yang melibatkan beberapa orang, maka dari itu kegiatan itu bisa berfungsi sebagai sarana pergaulan.

Contoh tari pergaulan antara lain:

1. Tari Anjau dari Tanjung Karang-Teluk Bentung, sebagai tari pergaulan yang menggambarkan percintaan.

2. Tari Ketuk Tilu, Bangrang Tayub dari Jawa Barat sebagai tari pergaulan.

f. Tari sebagai media pensucian diri/katarsis/terapi

Tari jenis ini ditunjukkan untuk yang berkebutuhan khusus seperti penyandang cacat fisik atau cacat mental. Penyalurannya dapat dilakukan secara langsung bagi penderita cacat tubuh atau bagi penderita tuna wicara dan tuna rungu, dan secara tidak langsung bagi penderita cacat mental. Bagi masyarakat timur, jenis tarian ini pantangan karena perasaan iba atau tak sampai hati.

g. Tari sebagai alat pemersatu bangsa

Dengan mempelajari jenis tari dari bangsa sendiri dan mampu memperagakan sesuai dengan gerak aslinya timbul perasaan memiliki dan ikut melestarikan keberadaan tari itu sendiri. Misalnya, banyak orang asing dari berbagai negara yang ingin mempelajari tari Jawa, Bali, Sulawesi, Kalimantan juga sebaliknyabanyak seniman kita yang belajar tari ke India, Amerika, Cina dan sebagainya. Dengan demikian akan timbul ikatan antara bangsa-bangsa yang saling mempelajari tarian tersebut.

 E. Nilai Estetika

Kata estetika, bisa dimaknai sebagai nilai keindahan. Setiap daerah memiliki standar nilai estetika masing-masing sehingga tidak sama. Nilai keindahan pada tari bergantung pada unsur yang mendukung gerak tari tersebut. Maka dari itu, unsur utama ini menjadi poin penting keberhasilan suatu tari yang dibawakan. Juga, menjadi penilaian penting apabila tari ini menjadi pertunjukan yang diniai oleh ahli seni. Berikut ini merupakan beberapa hal yang dapat mempengaruhi keindahan gerak tari.

 

1. Penguasaan Tubuh


Mengacu pada penguasaan atau pengendalian tubuh. Dalam tari nusantara, nilai keindahan atau estetika tari ditentukan oleh unsur-unsur wiraga, wirama, wirasa dan wirupa.


a. Wiraga (raga)

Wiraga dalam bahasa jawa berarti raga, yang dalam konteks seni tari biasa dikenal dengan gerakan. Tarian harus menonjolkan gerakan tubuh yang dalam konteks seni tari biasa dikenal dengan gerakan. Tarian harus menonjolkan gerakan tunuh yang dinamis, ritmis, dan estetis. Meskipun, memang tidak semua gerakan dalam suatu seni tari memiliki maksud tertentu. Gerak biasa atau gerak murni adalah gerakan dalam sebuah tarian yang tidak memiliki maksud tertentu, sedangkan gerak maknawi adalah gerakan dalam sebuah tarian yang memiliki makna mendalam dan memiliki maksud tertentu.

Secara umum, melalui gerakan penari, penonton bisa menebak karakter yang dimainkan. Misalnya gerak memutar pergelangan tangan pada tari yang dibawakan oleh wanita memiliki arti keluwesan atau kelembutan. Begitu pula gerakan berdecak pinggang pada tari yang dibawakan oleh pria bisa memiliki arti wibawa dan kekuasaan.

Tanpa gerakan, sebuah seni tari tidak memiliki makna dan menjadi hampa karena memamg yang namanya tari harus ada unsur gerakannya. Maka dari itu, wiraga termasuk ke dalam unsur utama sebuah tari.

 

b. Wirama (irama)

Tidak mungkin sebuah seni tari hanya melulu penari bergerak kesana kemari tanpa adanya musik yang meniringi. Musik berfungsi mengiringi gerakan penari. Dengan adanya musik, suatu gerakan akan lebih memiliki makna karena tercipta suasana tertentu. Seorang penari harus bisa menari sesuai dengan irama, ketukan, dan tempo pengiringnya sehingga bisa harmonis dan estetis di mata penonton. Selaian itu, irama juga bisa sebagai isyarat bagi penari kapan harus memulai atau mengganti sebuah gerakan. Hal ini sangat berguna ketika sebuah tarian dibawakan oleh banyak penari sehingga setiap penari tidak tergantung gerakannya pada penari lain tetapi bisa menyamakan sendiri dengan irama pengiring.

 Irama yang digunakan bisa berupa rekaman (bisa digunakan untuk kepentingan pendidikan) ataupun iringan langsung dari instrumen musik (seperti gamelan, kecapi, atau alat musik tradisional lain). Namun, tidak menutup kemungkinan irama yang mengiringi tarian berupa tepukan tangan, hentakan kaki, maupun nyanyian. Apapun bentuknya, iraa digunakan sebagai pelengkap sebuah gerakan tari. Meskipun berfungsi sebagai pengiring, irama juga termasuk ke dalam unsur utama.

 

c. Wirasa (rasa)

Seni tari harus bisa menyampaikan pesan dan suasana perasaan kepada penonton melalui gerakan dan ekspresi penari. Oleh karena itu, seorang penari harus bisa menjiwai dan mengekspresikan tarian tersebut melalui mimik wajah dan pendalaman karakter. Sebagai contoh, apabila karakter yang dimainkan adalah gadis desa yang lembut maka selain gerakan yang lemah gemulai, penari juga harus menampilkan mimik wajah yang mendukung.

Unsur ini akan makin menguatkan suasana, karakter, dan estetika sebuah seni tari bila dikombinasikan dengan irama dan gerakan yang mendukung. Dengan adanya rasa dalam sebuah tari, penonton bisa makin mudah menangkap maksud tertentu yang ingin disamapikan oleh penari. Maka, unsur rasa ini tidak dapat terlepas dari unsur essensial seni dapat terlepas dari unsur esensial seni tari. Tanpa adanya rasa, makna tarian tidak akan dapat tersampaikan kepada penonton.

 

d. Wirupa atau harmoni

Berfokus pada penampilan secara menyeluruh, meliputi warna busana dan rias yang disesuaikan dengan karakter dan perannya. Artinya tidak hanya sekedar menjadi cantik atau tampan semata. Namun harus sesuai dengan peran yang dibawakan, misalnya wajah terkesan menjadi menakutkan, menarik atau menderita.

 

2. Penguasaan Panggung


     Penguasaan panggung meliputi tenaga, ruang, dan waktu.


a. Penguasaan tenaga adalah mengendalikan penyaluran tenaga agar sesuai tuntunan gerak, terutama kuat dan lemah.

 

b. Penguasaan ruang adalah bagaimana penari bergerak seolah memenuhi ruang pentas, tempat sempit cukup, tempat lebar tidak terlihat kecil. Hal ini berkaitan dengan arah hadap, arah gerak dan pola lantai penari. Arah hadap adalah kemana tubuh dan wajah penari menghadap, sedangkan arah gerak menunjukkan kemana penari menuju. Di ranah ini pula terdapat level, yakni menunjukkan posisi penari jinjit atau melompat di udara. Level sedang, yakni menunjukkan posisi berdiri biasa sampai merendah/mendhak, sedangkan level rendah didapat saat penari ada di posisi duduk, berbaling atau berguling di lantai.

 

Estetika tari bisa dimaknai sebagai bagian paling menarik atau paling membuat orang terkesan dari tarian tersebut. Merasakan nilai keindahan tari sangat mungkin berbeda antara satu sama lain, sesama penari, penonton, dan pencipta tarian tersebut. Setiap daerah memiliki nilai keindahan tari tersendiri ssesuai dengan ciri khasnya masing-masing. Selain itu, tiap daerah memiliki standar khusus yang berbeda satu sama lain, untuk mencapai nilai keindahan tari yang tertinggi atau kesempurnaan tarinya. Contoh nilai estetika tari adalah berikut ini.

Ø    Tari Bali dengan agem, tandang, dan tangkep. Agem adalah sikap dasar/pokok di dalam tari Bali, tandang adalah perpindahan gerak satu dengan garak lain, dan tangkep adalah ekspresi tari yang tergambar melalui mimik muka.

Ø    Tari Sunda dengan biwanwisalus. Bisa untuk koordinat tubuh, wanda untuk wujud yang serasi dan sesuai dengan isi tarian, wihama untuk sempurnanya ketepatan gerak dengan musik pengiring, sari untuk ketepatan interpretasi tari (ekspresi tari)ndan yang terakhir adalah alus untuk kesempurnaan pergantian gerak satu dengan gerak lain.

Ø    Tari Jawa Yogyakarta dengan wiraga, wirama, wirasa dan wirupa serta harmoni. Wiraga untuk kesempurnaan gerak dan pose, wirama untuk ketepatan gerak dengan musik, wirasa untuk kesempurnaan ekspresi tari, wirupa untuk kelengkapan tata rias, busana serta serta setting panggung dalam pertunjukan tari, dan harmoni untuk penampilan secara menyeluruh.

Ø    Tari Yogyakarta juga memiliki nilai estetika seperti nyawiji/sawiji, greget, sengguh, ora mingkuh. Nyawiji artinya penjiwaan total/fokus, konsentrasi, greget adalah semangat tinggi dengan penuh dinamika tanpa mengubahnya menjadi kasar, sengguh penuh percaya diri tanpa menjadi sombong, dan ora mingkuh yang berarti pantang menyerah, tidak mudah terpengaruh.

Tari Jawa Surakarta dengan konsep hastha sawanda. Di dalamya terdapat pacak yang merupakan kesempurnaan kualitas gerak untuk karakter tertentu atau sikap dasar dari posisi tubuh, lengan, kaki dan kepala (mengacu pada tampilan fisik). Pancat, kesempurnaan dalam peralihan gerak dan perpindahan kaki dengan irama dan atau ritme tertentu hingga enak dilihat. Ulat, kesempurnaan tari yang tergambar pada ekspresi muka dan pandangan mata. Lulut, menyatunya gerak dengan penari sehingga seolah melekat, dan gerak dilakukan seolah mengalir begitu saja. Luwes, keindahan dan membawakan gerak tari dengan terampil sesuai karakter tari sehingga membawa kesan bagi yang melihatnya. Wiled, keterampilan penari dalam melakukan gerak-gerak khusus. Wirama, kesempurnaan tarian dengan irama gamelan pengiring yang beriringan secara menyeluruh. Gendhing, penguasaan bentuk-bentuk gendhing (musik Jawa) dari pola gendhing, irama, rasa gendhing, dan penguasaan tembang-tembangnya. 

BAB 1 (MEMAHAMI KONSEP SENI)

KD 3.1 Memahami konsep, teknik dan prosedur dalam ragam gerak tari tradisi A. MEMAHAMI KONSEP SENI 1. Pengertian Seni Pengertian seni dalam ...