Rabu, 30 September 2020

BAB 2 (FUNGSI dan NILAI ESTETIKA TARI)

KD 3.2 Memahami bentuk, jenis, dan nilai estetis dalam ragam gerak dasar tari tradisi

FUNGSI dan NILAI ESTETIKA TARI

D. Fungsi Tari

            Menurut Soedarsono (dalam syafi, dkk.2002:6.6) mengatakan bahwa: fungsi seni pertunjukan (seni tari dalam kehidupan manusia secara garis besar dikelompokkan menjadi 3 yaitu 1. sebagai sarana upacara ritual, 2. Sebagai hiburan pribadi, 3. Sebagai komponen.

Namun secara umum fungsi seni tari dalam kehidupan masyarakat yakni sebagai berikut:

a. Tari sebagai upacara adat

Upacara merupakan suatu tindakan atau seringkali tindakan yang dilakukan menurut adat kebiasaan atau keagamaan yang menandai kesakralan atau kehikmatan suatu peristiwa. Dilingkungan masyarakat yang masih kental adat istiadatnya seni pertunjukan memiliki fungsi ritual. Upacra menjadi bagian penting karena berfungsi sebagai media pembinaan kehidupan sosial untuk embentuk norma dan nilai yang berlaku dlam masyarakat.Beberapa contoh tari yang berfungsi sebagai upacara adat dalam masyarakat sebagai berikut:

1. Tari Bedaya Ketawang di Jawa Tengah digunakan sebagai upacara penobatan raja dan hari ulang tahun raja.

2. Tari Seblang di Banyuwangi Jawa Timur digunakan sebagai upacara ritual kesuburan

3. Tari Mapeliang dari Sulawesi sebagai tari upacara kematian.

 

b. Tari sebagai hiburan

     Seni tari sebagai sarana hiburan digunakan dalam rangka memeriahkan suasana pesta pernikahan, khitan, syukuran ataupun peringatan hari-hari besar lain.

Dibawah ini contoh tari hiburan:

1. Tari Martomdur dari Simalungun Sumatera Utara tari berpasangan debagai tari hiburan muda mudi

2. Tari Jaipong dari Jawa Barat sebagai tari hiburan. 

c. Tari sebagai pertunjukan

Tari pertunjukan pelaksanaanya disajikan khusus untuk dinikmati. Tari yang berfungsi sebagai pertunjukan dapat diamati pada kemasan pariwisata, untuk festival seni atau pengunjung wisatawan. Pertunjukan tari yang dipergunakan pada acara-acara tersebut penggarapannya sudah dikemas dan dipersiapkan menjadi sebuah tari bentuk yang telah melewati suatu proses penataan, baik gerak tarinya maupun musik iringannya sesuai dengan kaidah-kaidah artistik. Sehubungan dengan hal tersebut, prinsip-prinsip artistik dari seni pertunjukan seperti irama, keseimbangan, pengulangan, variasi, kontras, transisi, urutan, klimaks, proporsi, harmoni, dan kesatuan ditata sedemikian rupa sehingga layak menjadi sebuah grapan yang dipertontonkan.

Contoh tari pertunjukan:

1. Sendratari Ramayana dari Jawa Tengah yang biasanya dipentaskan di candi Prambanan.

2. Tari Kecak dari Bali yang dipentaskan di tempat-tempat wisata seperti di GWK dll.

d. Tari sebagai media pendidikan

     Tari jenis ini mempunyai tujuan untuk mendidik anak agar bersikap dewasa dan terjaga dari pergaulan yang melanggar norma-norma. Selain itu dengan mempelajari seni tari diharapkan anak didik mengetahui jenis-jenis tari di Indonesia dan dapat menghargai serta melestarikannya sebagai budaya bangsa.

e. Tari sebagai media pergaulan

Tari jenis ini merupakan tari yang melibatkan beberapa orang, maka dari itu kegiatan itu bisa berfungsi sebagai sarana pergaulan.

Contoh tari pergaulan antara lain:

1. Tari Anjau dari Tanjung Karang-Teluk Bentung, sebagai tari pergaulan yang menggambarkan percintaan.

2. Tari Ketuk Tilu, Bangrang Tayub dari Jawa Barat sebagai tari pergaulan.

f. Tari sebagai media pensucian diri/katarsis/terapi

Tari jenis ini ditunjukkan untuk yang berkebutuhan khusus seperti penyandang cacat fisik atau cacat mental. Penyalurannya dapat dilakukan secara langsung bagi penderita cacat tubuh atau bagi penderita tuna wicara dan tuna rungu, dan secara tidak langsung bagi penderita cacat mental. Bagi masyarakat timur, jenis tarian ini pantangan karena perasaan iba atau tak sampai hati.

g. Tari sebagai alat pemersatu bangsa

Dengan mempelajari jenis tari dari bangsa sendiri dan mampu memperagakan sesuai dengan gerak aslinya timbul perasaan memiliki dan ikut melestarikan keberadaan tari itu sendiri. Misalnya, banyak orang asing dari berbagai negara yang ingin mempelajari tari Jawa, Bali, Sulawesi, Kalimantan juga sebaliknyabanyak seniman kita yang belajar tari ke India, Amerika, Cina dan sebagainya. Dengan demikian akan timbul ikatan antara bangsa-bangsa yang saling mempelajari tarian tersebut.

 E. Nilai Estetika

Kata estetika, bisa dimaknai sebagai nilai keindahan. Setiap daerah memiliki standar nilai estetika masing-masing sehingga tidak sama. Nilai keindahan pada tari bergantung pada unsur yang mendukung gerak tari tersebut. Maka dari itu, unsur utama ini menjadi poin penting keberhasilan suatu tari yang dibawakan. Juga, menjadi penilaian penting apabila tari ini menjadi pertunjukan yang diniai oleh ahli seni. Berikut ini merupakan beberapa hal yang dapat mempengaruhi keindahan gerak tari.

 

1. Penguasaan Tubuh


Mengacu pada penguasaan atau pengendalian tubuh. Dalam tari nusantara, nilai keindahan atau estetika tari ditentukan oleh unsur-unsur wiraga, wirama, wirasa dan wirupa.


a. Wiraga (raga)

Wiraga dalam bahasa jawa berarti raga, yang dalam konteks seni tari biasa dikenal dengan gerakan. Tarian harus menonjolkan gerakan tubuh yang dalam konteks seni tari biasa dikenal dengan gerakan. Tarian harus menonjolkan gerakan tunuh yang dinamis, ritmis, dan estetis. Meskipun, memang tidak semua gerakan dalam suatu seni tari memiliki maksud tertentu. Gerak biasa atau gerak murni adalah gerakan dalam sebuah tarian yang tidak memiliki maksud tertentu, sedangkan gerak maknawi adalah gerakan dalam sebuah tarian yang memiliki makna mendalam dan memiliki maksud tertentu.

Secara umum, melalui gerakan penari, penonton bisa menebak karakter yang dimainkan. Misalnya gerak memutar pergelangan tangan pada tari yang dibawakan oleh wanita memiliki arti keluwesan atau kelembutan. Begitu pula gerakan berdecak pinggang pada tari yang dibawakan oleh pria bisa memiliki arti wibawa dan kekuasaan.

Tanpa gerakan, sebuah seni tari tidak memiliki makna dan menjadi hampa karena memamg yang namanya tari harus ada unsur gerakannya. Maka dari itu, wiraga termasuk ke dalam unsur utama sebuah tari.

 

b. Wirama (irama)

Tidak mungkin sebuah seni tari hanya melulu penari bergerak kesana kemari tanpa adanya musik yang meniringi. Musik berfungsi mengiringi gerakan penari. Dengan adanya musik, suatu gerakan akan lebih memiliki makna karena tercipta suasana tertentu. Seorang penari harus bisa menari sesuai dengan irama, ketukan, dan tempo pengiringnya sehingga bisa harmonis dan estetis di mata penonton. Selaian itu, irama juga bisa sebagai isyarat bagi penari kapan harus memulai atau mengganti sebuah gerakan. Hal ini sangat berguna ketika sebuah tarian dibawakan oleh banyak penari sehingga setiap penari tidak tergantung gerakannya pada penari lain tetapi bisa menyamakan sendiri dengan irama pengiring.

 Irama yang digunakan bisa berupa rekaman (bisa digunakan untuk kepentingan pendidikan) ataupun iringan langsung dari instrumen musik (seperti gamelan, kecapi, atau alat musik tradisional lain). Namun, tidak menutup kemungkinan irama yang mengiringi tarian berupa tepukan tangan, hentakan kaki, maupun nyanyian. Apapun bentuknya, iraa digunakan sebagai pelengkap sebuah gerakan tari. Meskipun berfungsi sebagai pengiring, irama juga termasuk ke dalam unsur utama.

 

c. Wirasa (rasa)

Seni tari harus bisa menyampaikan pesan dan suasana perasaan kepada penonton melalui gerakan dan ekspresi penari. Oleh karena itu, seorang penari harus bisa menjiwai dan mengekspresikan tarian tersebut melalui mimik wajah dan pendalaman karakter. Sebagai contoh, apabila karakter yang dimainkan adalah gadis desa yang lembut maka selain gerakan yang lemah gemulai, penari juga harus menampilkan mimik wajah yang mendukung.

Unsur ini akan makin menguatkan suasana, karakter, dan estetika sebuah seni tari bila dikombinasikan dengan irama dan gerakan yang mendukung. Dengan adanya rasa dalam sebuah tari, penonton bisa makin mudah menangkap maksud tertentu yang ingin disamapikan oleh penari. Maka, unsur rasa ini tidak dapat terlepas dari unsur essensial seni dapat terlepas dari unsur esensial seni tari. Tanpa adanya rasa, makna tarian tidak akan dapat tersampaikan kepada penonton.

 

d. Wirupa atau harmoni

Berfokus pada penampilan secara menyeluruh, meliputi warna busana dan rias yang disesuaikan dengan karakter dan perannya. Artinya tidak hanya sekedar menjadi cantik atau tampan semata. Namun harus sesuai dengan peran yang dibawakan, misalnya wajah terkesan menjadi menakutkan, menarik atau menderita.

 

2. Penguasaan Panggung


     Penguasaan panggung meliputi tenaga, ruang, dan waktu.


a. Penguasaan tenaga adalah mengendalikan penyaluran tenaga agar sesuai tuntunan gerak, terutama kuat dan lemah.

 

b. Penguasaan ruang adalah bagaimana penari bergerak seolah memenuhi ruang pentas, tempat sempit cukup, tempat lebar tidak terlihat kecil. Hal ini berkaitan dengan arah hadap, arah gerak dan pola lantai penari. Arah hadap adalah kemana tubuh dan wajah penari menghadap, sedangkan arah gerak menunjukkan kemana penari menuju. Di ranah ini pula terdapat level, yakni menunjukkan posisi penari jinjit atau melompat di udara. Level sedang, yakni menunjukkan posisi berdiri biasa sampai merendah/mendhak, sedangkan level rendah didapat saat penari ada di posisi duduk, berbaling atau berguling di lantai.

 

Estetika tari bisa dimaknai sebagai bagian paling menarik atau paling membuat orang terkesan dari tarian tersebut. Merasakan nilai keindahan tari sangat mungkin berbeda antara satu sama lain, sesama penari, penonton, dan pencipta tarian tersebut. Setiap daerah memiliki nilai keindahan tari tersendiri ssesuai dengan ciri khasnya masing-masing. Selain itu, tiap daerah memiliki standar khusus yang berbeda satu sama lain, untuk mencapai nilai keindahan tari yang tertinggi atau kesempurnaan tarinya. Contoh nilai estetika tari adalah berikut ini.

Ø    Tari Bali dengan agem, tandang, dan tangkep. Agem adalah sikap dasar/pokok di dalam tari Bali, tandang adalah perpindahan gerak satu dengan garak lain, dan tangkep adalah ekspresi tari yang tergambar melalui mimik muka.

Ø    Tari Sunda dengan biwanwisalus. Bisa untuk koordinat tubuh, wanda untuk wujud yang serasi dan sesuai dengan isi tarian, wihama untuk sempurnanya ketepatan gerak dengan musik pengiring, sari untuk ketepatan interpretasi tari (ekspresi tari)ndan yang terakhir adalah alus untuk kesempurnaan pergantian gerak satu dengan gerak lain.

Ø    Tari Jawa Yogyakarta dengan wiraga, wirama, wirasa dan wirupa serta harmoni. Wiraga untuk kesempurnaan gerak dan pose, wirama untuk ketepatan gerak dengan musik, wirasa untuk kesempurnaan ekspresi tari, wirupa untuk kelengkapan tata rias, busana serta serta setting panggung dalam pertunjukan tari, dan harmoni untuk penampilan secara menyeluruh.

Ø    Tari Yogyakarta juga memiliki nilai estetika seperti nyawiji/sawiji, greget, sengguh, ora mingkuh. Nyawiji artinya penjiwaan total/fokus, konsentrasi, greget adalah semangat tinggi dengan penuh dinamika tanpa mengubahnya menjadi kasar, sengguh penuh percaya diri tanpa menjadi sombong, dan ora mingkuh yang berarti pantang menyerah, tidak mudah terpengaruh.

Tari Jawa Surakarta dengan konsep hastha sawanda. Di dalamya terdapat pacak yang merupakan kesempurnaan kualitas gerak untuk karakter tertentu atau sikap dasar dari posisi tubuh, lengan, kaki dan kepala (mengacu pada tampilan fisik). Pancat, kesempurnaan dalam peralihan gerak dan perpindahan kaki dengan irama dan atau ritme tertentu hingga enak dilihat. Ulat, kesempurnaan tari yang tergambar pada ekspresi muka dan pandangan mata. Lulut, menyatunya gerak dengan penari sehingga seolah melekat, dan gerak dilakukan seolah mengalir begitu saja. Luwes, keindahan dan membawakan gerak tari dengan terampil sesuai karakter tari sehingga membawa kesan bagi yang melihatnya. Wiled, keterampilan penari dalam melakukan gerak-gerak khusus. Wirama, kesempurnaan tarian dengan irama gamelan pengiring yang beriringan secara menyeluruh. Gendhing, penguasaan bentuk-bentuk gendhing (musik Jawa) dari pola gendhing, irama, rasa gendhing, dan penguasaan tembang-tembangnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BAB 1 (MEMAHAMI KONSEP SENI)

KD 3.1 Memahami konsep, teknik dan prosedur dalam ragam gerak tari tradisi A. MEMAHAMI KONSEP SENI 1. Pengertian Seni Pengertian seni dalam ...