KD 3.2 Memahami bentuk, jenis, dan nilai estetis dalam ragam gerak dasar tari tradisi
FUNGSI dan NILAI ESTETIKA TARI
D. Fungsi Tari
Menurut
Soedarsono (dalam syafi, dkk.2002:6.6) mengatakan bahwa: fungsi seni
pertunjukan (seni tari dalam kehidupan manusia secara garis besar dikelompokkan
menjadi 3 yaitu 1. sebagai sarana upacara ritual, 2. Sebagai hiburan pribadi,
3. Sebagai komponen.
Namun secara umum fungsi seni tari dalam kehidupan masyarakat yakni sebagai berikut:
a. Tari sebagai upacara adat
Upacara merupakan suatu
tindakan atau seringkali tindakan yang dilakukan menurut adat kebiasaan atau
keagamaan yang menandai kesakralan atau kehikmatan suatu peristiwa.
Dilingkungan masyarakat yang masih kental adat istiadatnya seni pertunjukan
memiliki fungsi ritual. Upacra menjadi bagian penting karena berfungsi sebagai
media pembinaan kehidupan sosial untuk embentuk norma dan nilai yang berlaku
dlam masyarakat.Beberapa contoh tari yang berfungsi sebagai upacara adat dalam
masyarakat sebagai berikut:
1. Tari Bedaya
Ketawang di Jawa Tengah digunakan sebagai upacara penobatan raja dan hari ulang
tahun raja.
2. Tari Seblang di
Banyuwangi Jawa Timur digunakan sebagai upacara ritual kesuburan
3. Tari Mapeliang
dari Sulawesi sebagai tari upacara kematian.
b. Tari sebagai hiburan
Seni tari sebagai sarana hiburan digunakan
dalam rangka memeriahkan suasana pesta pernikahan, khitan, syukuran ataupun
peringatan hari-hari besar lain.
Dibawah ini contoh
tari hiburan:
1. Tari Martomdur
dari Simalungun Sumatera Utara tari berpasangan debagai tari hiburan muda mudi
2. Tari Jaipong dari Jawa Barat sebagai tari hiburan.
c. Tari sebagai pertunjukan
Tari pertunjukan
pelaksanaanya disajikan khusus untuk dinikmati. Tari yang berfungsi sebagai
pertunjukan dapat diamati pada kemasan pariwisata, untuk festival seni atau
pengunjung wisatawan. Pertunjukan tari yang dipergunakan pada acara-acara
tersebut penggarapannya sudah dikemas dan dipersiapkan menjadi sebuah tari
bentuk yang telah melewati suatu proses penataan, baik gerak tarinya maupun
musik iringannya sesuai dengan kaidah-kaidah artistik. Sehubungan dengan hal
tersebut, prinsip-prinsip artistik dari seni pertunjukan seperti irama,
keseimbangan, pengulangan, variasi, kontras, transisi, urutan, klimaks,
proporsi, harmoni, dan kesatuan ditata sedemikian rupa sehingga layak menjadi
sebuah grapan yang dipertontonkan.
Contoh tari
pertunjukan:
1. Sendratari
Ramayana dari Jawa Tengah yang biasanya dipentaskan di candi Prambanan.
2. Tari Kecak dari Bali yang dipentaskan di tempat-tempat wisata seperti di GWK dll.
d. Tari sebagai media pendidikan
Tari jenis ini mempunyai tujuan untuk mendidik anak agar bersikap dewasa dan terjaga dari pergaulan yang melanggar norma-norma. Selain itu dengan mempelajari seni tari diharapkan anak didik mengetahui jenis-jenis tari di Indonesia dan dapat menghargai serta melestarikannya sebagai budaya bangsa.
e. Tari sebagai media pergaulan
Tari jenis ini
merupakan tari yang melibatkan beberapa orang, maka dari itu kegiatan itu bisa
berfungsi sebagai sarana pergaulan.
Contoh tari pergaulan
antara lain:
1. Tari Anjau dari
Tanjung Karang-Teluk Bentung, sebagai tari pergaulan yang menggambarkan
percintaan.
2. Tari Ketuk Tilu, Bangrang Tayub dari Jawa Barat sebagai tari pergaulan.
f. Tari sebagai media pensucian diri/katarsis/terapi
Tari jenis ini ditunjukkan untuk yang berkebutuhan khusus seperti penyandang cacat fisik atau cacat mental. Penyalurannya dapat dilakukan secara langsung bagi penderita cacat tubuh atau bagi penderita tuna wicara dan tuna rungu, dan secara tidak langsung bagi penderita cacat mental. Bagi masyarakat timur, jenis tarian ini pantangan karena perasaan iba atau tak sampai hati.
g. Tari sebagai alat pemersatu bangsa
Dengan mempelajari
jenis tari dari bangsa sendiri dan mampu memperagakan sesuai dengan gerak
aslinya timbul perasaan memiliki dan ikut melestarikan keberadaan tari itu
sendiri. Misalnya, banyak orang asing dari berbagai negara yang ingin
mempelajari tari Jawa, Bali, Sulawesi, Kalimantan juga sebaliknyabanyak seniman
kita yang belajar tari ke India, Amerika, Cina dan sebagainya. Dengan demikian
akan timbul ikatan antara bangsa-bangsa yang saling mempelajari tarian
tersebut.
E. Nilai Estetika
Kata estetika, bisa
dimaknai sebagai nilai keindahan. Setiap daerah memiliki standar nilai estetika
masing-masing sehingga tidak sama. Nilai keindahan pada tari bergantung pada
unsur yang mendukung gerak tari tersebut. Maka dari itu, unsur utama ini
menjadi poin penting keberhasilan suatu tari yang dibawakan. Juga, menjadi
penilaian penting apabila tari ini menjadi pertunjukan yang diniai oleh ahli
seni. Berikut ini merupakan beberapa hal yang dapat mempengaruhi keindahan
gerak tari.
1. Penguasaan Tubuh
Mengacu pada
penguasaan atau pengendalian tubuh. Dalam tari nusantara, nilai keindahan atau
estetika tari ditentukan oleh unsur-unsur wiraga,
wirama, wirasa dan wirupa.
a. Wiraga (raga)
Wiraga dalam bahasa jawa berarti raga, yang dalam
konteks seni tari biasa dikenal dengan gerakan. Tarian harus menonjolkan
gerakan tubuh yang dalam konteks seni tari biasa dikenal dengan gerakan. Tarian
harus menonjolkan gerakan tunuh yang dinamis, ritmis, dan estetis. Meskipun,
memang tidak semua gerakan dalam suatu seni tari memiliki maksud tertentu.
Gerak biasa atau gerak murni adalah gerakan dalam sebuah tarian yang tidak
memiliki maksud tertentu, sedangkan gerak maknawi adalah gerakan dalam sebuah
tarian yang memiliki makna mendalam dan memiliki maksud tertentu.
Secara umum, melalui
gerakan penari, penonton bisa menebak karakter yang dimainkan. Misalnya gerak
memutar pergelangan tangan pada tari yang dibawakan oleh wanita memiliki arti
keluwesan atau kelembutan. Begitu pula gerakan berdecak pinggang pada tari yang
dibawakan oleh pria bisa memiliki arti wibawa dan kekuasaan.
Tanpa gerakan, sebuah
seni tari tidak memiliki makna dan menjadi hampa karena memamg yang namanya
tari harus ada unsur gerakannya. Maka dari itu, wiraga termasuk ke dalam unsur utama sebuah tari.
b. Wirama (irama)
Tidak mungkin sebuah
seni tari hanya melulu penari bergerak kesana kemari tanpa adanya musik yang
meniringi. Musik berfungsi mengiringi gerakan penari. Dengan adanya musik,
suatu gerakan akan lebih memiliki makna karena tercipta suasana tertentu.
Seorang penari harus bisa menari sesuai dengan irama, ketukan, dan tempo
pengiringnya sehingga bisa harmonis dan estetis di mata penonton. Selaian itu,
irama juga bisa sebagai isyarat bagi penari kapan harus memulai atau mengganti
sebuah gerakan. Hal ini sangat berguna ketika sebuah tarian dibawakan oleh
banyak penari sehingga setiap penari tidak tergantung gerakannya pada penari
lain tetapi bisa menyamakan sendiri dengan irama pengiring.
Irama yang digunakan bisa berupa rekaman (bisa
digunakan untuk kepentingan pendidikan) ataupun iringan langsung dari instrumen
musik (seperti gamelan, kecapi, atau alat musik tradisional lain). Namun, tidak
menutup kemungkinan irama yang mengiringi tarian berupa tepukan tangan,
hentakan kaki, maupun nyanyian. Apapun bentuknya, iraa digunakan sebagai
pelengkap sebuah gerakan tari. Meskipun berfungsi sebagai pengiring, irama juga
termasuk ke dalam unsur utama.
c. Wirasa (rasa)
Seni tari harus bisa
menyampaikan pesan dan suasana perasaan kepada penonton melalui gerakan dan
ekspresi penari. Oleh karena itu, seorang penari harus bisa menjiwai dan
mengekspresikan tarian tersebut melalui mimik wajah dan pendalaman karakter.
Sebagai contoh, apabila karakter yang dimainkan adalah gadis desa yang lembut
maka selain gerakan yang lemah gemulai, penari juga harus menampilkan mimik
wajah yang mendukung.
Unsur ini akan makin
menguatkan suasana, karakter, dan estetika sebuah seni tari bila dikombinasikan
dengan irama dan gerakan yang mendukung. Dengan adanya rasa dalam sebuah tari,
penonton bisa makin mudah menangkap maksud tertentu yang ingin disamapikan oleh
penari. Maka, unsur rasa ini tidak dapat terlepas dari unsur essensial seni
dapat terlepas dari unsur esensial seni tari. Tanpa adanya rasa, makna tarian
tidak akan dapat tersampaikan kepada penonton.
d. Wirupa atau harmoni
Berfokus pada
penampilan secara menyeluruh, meliputi warna busana dan rias yang disesuaikan
dengan karakter dan perannya. Artinya tidak hanya sekedar menjadi cantik atau
tampan semata. Namun harus sesuai dengan peran yang dibawakan, misalnya wajah
terkesan menjadi menakutkan, menarik atau menderita.
2. Penguasaan Panggung
Penguasaan panggung meliputi tenaga, ruang, dan waktu.
a. Penguasaan
tenaga adalah mengendalikan penyaluran tenaga agar sesuai tuntunan gerak,
terutama kuat dan lemah.
b. Penguasaan
ruang adalah bagaimana penari bergerak seolah memenuhi ruang pentas, tempat
sempit cukup, tempat lebar tidak terlihat kecil. Hal ini berkaitan dengan arah
hadap, arah gerak dan pola lantai penari. Arah hadap adalah kemana tubuh dan
wajah penari menghadap, sedangkan arah gerak menunjukkan kemana penari menuju.
Di ranah ini pula terdapat level, yakni menunjukkan posisi penari jinjit atau
melompat di udara. Level sedang, yakni menunjukkan posisi berdiri biasa sampai
merendah/mendhak, sedangkan level rendah didapat saat penari ada di posisi
duduk, berbaling atau berguling di lantai.
Estetika tari bisa
dimaknai sebagai bagian paling menarik atau paling membuat orang terkesan dari
tarian tersebut. Merasakan nilai keindahan tari sangat mungkin berbeda antara
satu sama lain, sesama penari, penonton, dan pencipta tarian tersebut. Setiap
daerah memiliki nilai keindahan tari tersendiri ssesuai dengan ciri khasnya
masing-masing. Selain itu, tiap daerah memiliki standar khusus yang berbeda
satu sama lain, untuk mencapai nilai keindahan tari yang tertinggi atau
kesempurnaan tarinya. Contoh nilai estetika tari adalah berikut ini.
Ø Tari Bali dengan agem, tandang, dan tangkep. Agem adalah
sikap dasar/pokok di dalam tari Bali, tandang adalah perpindahan gerak satu
dengan garak lain, dan tangkep adalah
ekspresi tari yang tergambar melalui mimik muka.
Ø Tari Sunda dengan biwanwisalus. Bisa untuk koordinat
tubuh, wanda untuk wujud yang serasi
dan sesuai dengan isi tarian, wihama
untuk sempurnanya ketepatan gerak dengan musik pengiring, sari untuk ketepatan
interpretasi tari (ekspresi tari)ndan yang terakhir adalah alus untuk
kesempurnaan pergantian gerak satu dengan gerak lain.
Ø Tari Jawa Yogyakarta
dengan wiraga, wirama, wirasa dan wirupa serta harmoni. Wiraga untuk kesempurnaan gerak dan
pose, wirama untuk ketepatan gerak
dengan musik, wirasa untuk
kesempurnaan ekspresi tari, wirupa
untuk kelengkapan tata rias, busana serta serta setting panggung dalam
pertunjukan tari, dan harmoni untuk penampilan secara menyeluruh.
Ø Tari Yogyakarta juga
memiliki nilai estetika seperti nyawiji/sawiji,
greget, sengguh, ora mingkuh. Nyawiji artinya penjiwaan total/fokus,
konsentrasi, greget adalah semangat
tinggi dengan penuh dinamika tanpa mengubahnya menjadi kasar, sengguh penuh
percaya diri tanpa menjadi sombong, dan ora mingkuh yang berarti pantang
menyerah, tidak mudah terpengaruh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar